Agustus 03, 2011

Fanfic Super Junior - Four Season #1






Title : FOUR SEASONS

Author : My lovely partner 'Amanda Aprilia'

Genre : Crime/Suspense/Romance/Fluff

Length : Chapter

Language : Bahasa Indonesia, English, Phillipines, Korean

Cast : Kangin Super junior as Letnan Kangin

Yesung Super Junior as Letnan Yesung

Moon Geun Young as Mirror

Jessica SNSD as dr.Jessica (kepala tim forensik)


Disclaimer : All of characters in my fanfiction belong to God and themselves, I’m only own the storyline.

Please read all the information above, before you read the story.

No copy and please RCL after you read this !



©Autumn_Melodis 2011 All Rights Reserved. Distribution of any kind is prohibited without the written consent of Autumn Melodis







Hana





Han River, South Korea

Mid July, 2002









Byurr !!!



Geun Young melempar batu terakhir di tangannya ke arus tenang air sungai Han. Nanar tatap matanya terpaku pada turbulen yang dihasilkan batu itu. Pelan ia menghembuskan nafasnya, seakan-akan ada beban yang membebaninya. Tak sedikitpun ia hiraukan gelak tawa dan canda dari ketiga sahabatnya. Ia hanya ikut mendengarkan setiap kalimat yang di ucapakan mereka, namun tak sepatah katpun keluar dari mulutnya.





Aku tak berhak ikut bicara





Begitu pikirnya, tapi kemudian suara Yesung salah satu dari tiga sahabatnya membuyarkan lamunannya.





“Ya ! Geun Young ah. Bagaimana denganmu ? Kau akan melanjutkan kuliah kan ?” Ucapnya.





“Mwo[i] ? A.. Aku ?” tergeragap Geun Young bertanya balik seakan tak yakin bahwa dialah yang sedang diajak bicara oleh Yesung.





“Ne, kamu ! Ayo beritahu pada kami semua !” kangin sahabatnya yang satu lagi ikut menimpali.





“Aku tau, aku tidak sepintar Jessica juga tak memiliki fisik yang kuat seperti kalian berdua. Tapi..” Geun Young menggantung kalimatnya.





“Tapi apa ?” Jessica satu-satunya sahabat perempuannya pun ikut bicara.





“Aku ingin menjadi sesuatu yang bisa kalian bertiga kenang, meskipun nanti kenangan itu begitu pahit.” Lirih Geun Young menjawab pertanyaan sahabatnya, ada seberkas senyum di sudut bibirnya kala ia selesai menjawab pertanyaan mereka.





Tercekat , ketiga sahabatnya mendengar apa yang baru saja yang dikatakannya. Ada tanya tersirat di wajah mereka, namun sekali lagi semua tersamar dengan senyum tulus mereka.



Mula-mula Jessica lalu Yesung di ikuti Kangin, mereka bertiga memeluk Geun Young dengan erat seakan mereka tau saat itu adalah saat dimana kebersamaan mereka berakhir.



Dan..





Bola api jingga di kaki langit pun mulai menyembunyikan diri di penghujung lazuardi.













Manila, Phillipines

August 19, 2009








Geun Young berlari kecil menuju dojo besar di pinggiran kota Manila, bahkan cuaca yang mendung dan sedikit gerimis serta lalu lintas yang padat pun tak membuatnya berhenti.



Untuk terakhir kalinya, aku akan melakukannya disini.





Ucapnya, bukannya ia takut pada pemilik dojo itu tapi ia lelah jika terus berurusan dengannya.





Trekk !!!





Ia membuka pintu utama dojo itu, sekilas tak ada yang berbeda dengan dojo lain di Manila tapi bagi mata orang yang jeli dojo itu bukanlah dojo biasa. Di banding dengan dojo lain, dojo yang satu ini tak memiliki satupun murid yang tidak mahir menggunakan jurus karate. Bahkan banyak diantara mereka yang menggunakan waktu latihan sebagai ajang adu jurus karate.





Geun Young melangkahkan kakinya memasuki lift menuju lantai 2 dojo itu, tujuannya jelas menemui pemilik dojo itu. Ia sudah siap sekarang perintah apapun yang diberikan oleh orang itu, ia akan menjalankannya dengan baik.



1





2





Pintu lift terbuka dengan cepat, gegas Geun Young keluar dan menuju ruang pemilik dojo itu. Ia membuka pelan pintu itu dan masuk ke dalam tanpa menimbulkan bunyi apapun bahkan suara langkah kakinyapun tak terdengar meski sepatu yang dipakainya adalah sepatu berhak 12 cm.





“Geun Young, aku tau itu kau. Duduk lah !” sosok pria paruh baya yang tengah memejamkan matanya itu menyuruh Geun Young untuk duduk.





“Takamura san, aku sudah membaca profil lengkap orang itu. Apa yang kau ingin aku lakukan ?” Geun Young menghempaskan pantatnya ke kursi di depan meja pria itu.





“Haha ! Geun Young, kau memang orang yang sangat bisa di andalkan tapi tidak bisakah kau singkirkan dulu masalah itu dan bicara mengenai anakku ?”





“Tidak ! Saya kesini hanya untuk berbicara mengenai pekerjaan saya. Jadi apa yang ingin anda suruh pada saya ?” Geun Young menjawab dengan tegas.





“Bunuh wanita itu !” Takamura menjawab tak kalah tegas setelah topik bicara yang diajukannya ditolak oleh Geun Young.





“Apa ? Wanita yang biasa saja itu ? Ingat Takamura san dia hanyalah pemilik sebuah tempat karaoke dan hiburan malam.” Geun Young terkejut mendengar perintah itu.





“Apa pentingnya bagimu menasehatiku seperti itu. Kalau kau mau kau bisa ambil pekerjaan ini. Aku membayarmu $500.000 untuk tugas ini.” Takamura menyipitkan matanya.





“Baiklah ! Aku terima, ini yang terakhir. Transfer uangnya segera dan aku akan membunuh wanita itu.” Geun Young berdiri lalu bersiap untuk pergi.





“All right ! Saat kau sampai di rumah, uang itu telah ada di rekeningmu.” Takamura mengkonfirmasi permintaan Geun Young.





“Baik kalau begitu aku pergi, waktunya 3 hari dari sekarang lalu kau akan dapat kabar bahwa dia tewas” Geun Young berbalik dan pergi meningggalkan kantor pria itu.







Brengsek !





Apa sebenarnya yang dikehendaki Takamura ? Kenapa dia berani membayar semahal itu untuk nyawa wanita yang sama sekali tidak berharga itu ? Arrgh ! Sudahlah, lebih baik aku menyelesaikan ini dan kembali ke Seoul.







Kecamuk pikiran terus memenuhi pikiran Geun Young hingga ia akhirnya benar-benar pergi meninggalkan dojo itu.





Saat ini pukul 01.15 pm masih ada waktu hingga besok untuk memulai observasi tempat eksekusi





Pikirnya lagi, dan ia pun kembali berjaan memasuki arus padat orang-orang yang tengah berjalan untuk makan siang ataupun hanya sekedar jalan-jalan saja. Tenang, seakan-akan dia hanya seorang gadis biasa dngan jalan hidup seperti gadis kebanyakan.









Kantor Pusat Kepolisian Seoul

August 21, 2009





“Letnan Yesung, kau dan Letnan Kangin aku tugaskan untuk menyelidiki kasus pembunuhan terhadap seorang warga Negara kita di Fillipina !” Perintah Inspektur Lee tegas.





“Mwo ? Uri[ii] ? Ah, waeyo[iii] ?” Kangin tampak terkejut dengan keputusan atasannya tersebut.





“Karena kalian berdua adalah yang terbaik di divisi pembunuhan dan penculikan saat ini.” Jawab inspektur Lee.



“Tapi, apakah itu tidak berlebihan ? Kenapa hanya untuk satu orang warga Negara biasa pemerintah mau repot-repot untuk turun tangan langsung ?” Kali ini Yesung yang angkat bicara.





“Kali ini berbeda, ia salah satu penyokong dana terbesar bagi Pemerintah Korea di Filipina untuk memerangi human trafficking dan penjualan senjata api dari Filipina ke Korea.” Kata inspektur Lee menjelaskan.





“jadi maksud anda pekerjaannya sebagai pemilik tempat hiburan malam hanya kedok saja, begitu ?” Yesung kembali menyahut untuk meyakinkan kesimpulannya.





“Tepat !” jawab Inspektur Lee dengan senyum mengembang.







“Baiklah kalau begitu kami berdua akan menyelidiki kasus ini, dan file tentang wanita itu kami bawa. Yesung ah, uri kajja[iv] !” Kangin mengambil file dokumen yang terserak diatas meja dan kemudian menghormat pada Inspektur lalu bersama dengan Yesung keluar dari Kantor Inspektur Lee.







“Ini akan jadi sangat menarik.” Pikir Yesung, dan seulas senyum muncul di wajah tampannya.









Malacanang Park, Phillipines

August 20, 2009






Cha An Ji, wanita berdarah campuran Korea-Fillipina itu tengah asik berjalan menikmati pemandangan yang disuguhkan di depan mtanya. Ia merasa bebas kali ini, sebab tak ada satupun pengawalnya yang ikut mengawalnya kali ini. Toh, tempat ini aman tak ada yang perlu di khawatirkan pikirnya.





“Magandang Umaga[v], miss” Sebuah suara dari seorang gadis tak di kenal mengejutkannya.





“Magandang umaga, sino ka ?[vi]” Tanyanya dengan agak terkejut.





“Anda tidak perlu tau siapa saya, hanya ucapkan selamat tinggal pada dunia !” Ucap gadis itu, sembari ia mengacungkan tangan nya yang menggenggam revolver.





Door !



Suara letusan pistol terdengar pelan, dan gadis itupun pergi setelah membuang jaket, sarung tangan, dan pistol berperedam miliknya ke dalam tong sampah di dekat itu.





Sementara mayat Cha An Ji terbujur kaku, dengan darah yang menglir seperti anak sungai dari lubang di dada kirinya.





[i] bahasa korea : apa



[ii] bahasa korea : kami



[iii] bahasa korea : mengapa



[iv] bahasa korea : ayo pergi



[v] bahasa Pilipino : selamat pagi



[vi] bahasa Pilipino : kamu siapa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar